Segelas air ini bisa mengajarkan kita menjadi insan yang pandai bersyukur, insan yang dengan rasa syukurnya bisa membuka pintu pintu syukur untuk dirinya. sesuai dengan firman Allah swt :
Sebaliknya bagi insan yang tidak bersyukur / kufur akan nikmat Allah, maka Allah menjanjikan azab yang sangat pedih, naudzubillahimindzalik. Tak hanya azab diakhirat kelak, azab para pengkufur nikmat ini sudah bisa dirasakan semasa didunia, seperti : ketidak puasan yang tak berujung, kondisi hati yang tak pernah tenang, terlena dengan dunia melupakan akhirat, dan lain sebagainya.
Kisah "segelas air" berikut ini semoga menginspirasi kita dan mengingatkan kembali pada kita betapa berlimpahnya nikmat yang telah Allah berikan pada kita, tapi ada kalanya kita tidak sadar dan lupa serta tertipu dengan sesuatu yang fana yang bisa menutupi kenikmatan hakiki yang wajib disyukuri.
dikutip dari : Republika.co.id, Oleh: Asma Nadia
"Allah, terima kasih atas satu hari lagi yang Kau beri!"
Setiap hari adalah keajaiban.
Setiap hari adalah berkah.
Meski seringkali kita lupa akan begitu banyak nikmat sebab terlalu berlimpah yang Allah beri.
Teringat sebuah dialog yang saya dengar bertahun lalu, ketika Sultan mendapatkan pertanyaan dari seorang Bijak,
"Paduka, seandainya paduka terdampar di tengah padang pasir berhari-hari, tanpa air sama sekali, padahal yang paduka butuhkan saat itu segelas air putih. Jika seseorang datang dengan segelas air putih. Apakah paduka bersedia memberikan salah satu istana sebagai bayarannya?"
Tanpa berpikir dua kali, Sultan mengangguk.
"Jika ia menuntut setengah kekayaan Paduka, apakah masih mau menukarkannya?"
"Tentu saja," jawab Sultan.
"Tapi jika seseorang tersebut baru bersedia menukar segelas air jika mendapatkan semua kekayaan Paduka, apakah bersedia?
"Ya, pasti," ujar Sultan sekali lagi tanpa keraguan.
Sang penasihat tersenyum mendengarnya,
"Bukankah ironi, segala perjuangan dan pencapaian yang begitu besar, rela paduka tukarkan dengan segelas air putih!"
Ah, Sang raja kini mengerti maksud penasehatnya. Betapa setiap hal harus disyukuri. Ya, setiap hari kita menghirup udara gratis. Dalam sehari manusia rata-rata menghirup sekitar 2.800 liter oksigen dan 11 ribu liter Nitrogen. Seandainya saja kita harus membeli, di pasaran, maka biaya yang harus dikeluargan untuk oksigen umumnya Rp 25 ribu sementara nitrogen Rp 9.950 per liter.
Jika dihitung semua kebutuhan udara kita setiap hari akan mencapai 179,450.000 dan total sebulannya 5 miliar. Artinya Allah memberi 5 miliar setiap bulan hanya untuk kebutuhan gratis pernapasan kita.
Seandainya saja ginjal yang dimiliki tidak berfungsi normal, dan kita harus mencuci darah minimal 8 kali sebulan, bisa dihitung jumlah dana yang harus kita keluarkan jika satu kali cuci darah menghabiskan sekitar satu juta rupiah.
Bagaimana dengan jantung? Jika ia tidak berfungsi normal dan seseorang harus memasang ring atau balon maka biayanya bisa mencapai angka ratusan juta.
Hitung punya hitung, rasanya uang yang kita miliki tak akan pernah cukup. Tapi semua terlupakan karena kita mendapatkannya tanpa perjuangan, murni sebagai hadiah dari Allah. Hanya para ahli syukur yang akan bijak memanfaatkan pemberian Allah.
Allah telah memberi banyak, tidakkah ini saatnya melakukan begitu banyak kebaikan sebagaimana perintah-Nya?
Jangan pernah lupa akan begitu banyak kebaikan yang Allah berikan, ingat setiap saat, agar diri bersegera melakukan kebaikan dan tidak lalai akan amanah yang Allah berikan. Sebab jika hanya mengejar dunia, bisa jadi semuanya hanya senilai segelas air putih saja.
__________
Kisah diatas bisa mengingatkan kita juga bahwa betapa tidak berharganya dunia. berapapun harta yang kita punya, bahkan istana raja dan segala isinya ternyata hanya sebanding dengan segelas air.
Dunia memang fana, jika Allah berkehendak kenikmatan dunia seorang hamba berapapun besarnya dalam sekejap bisa Allah ambil kembali. Terkadang orang merasa bangga atas capaian karir dan pendapatan selangit yang bisa ia kumpulkan. Mereka bersyukur atas kenikmatan tersebut tanpa ada aktualisasi dari rasa syukurnya disebabkan rasa syukur mereka hanya terfokus pada "apa yang sudah dia dapatkan", bukan terfokus pada "siapa yang telah memberi apa yang sudah dia dapatkan" yaitu Allah swt.
Jika fokus rasa syukur seorang hamba itu langsung pada Allah, maka rasa syukur mereka akan teraktualisasi dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang Allah ridho, dan aktualisasi syukur inilah yang akan mendatangkan nikmat-nikmat Allah yang lainnya. Punya harta banyak, maka aktualisasi syukurnya adalah gemar bersedekah, hak-hak hartanya dipenuhi; punya penglihatan yang sehat maka aktualisasinya gemar membaca Alquran, tidak senang melihat sesuatu yang bathil dan bukan haknya; punya kaki yang sehat maka aktualisasi syukurnya gemar melangkahkan kaki ke tempat yang Allah ridho; dan lain sebagainya.
Mudah-mudahan kita semua bisa menjadi insan yang pandai bersyukur dan bisa mengaktualisasikan rasa syukurnya.
wallahu 'Alam bisshowab...
Sebaliknya bagi insan yang tidak bersyukur / kufur akan nikmat Allah, maka Allah menjanjikan azab yang sangat pedih, naudzubillahimindzalik. Tak hanya azab diakhirat kelak, azab para pengkufur nikmat ini sudah bisa dirasakan semasa didunia, seperti : ketidak puasan yang tak berujung, kondisi hati yang tak pernah tenang, terlena dengan dunia melupakan akhirat, dan lain sebagainya.
Kisah "segelas air" berikut ini semoga menginspirasi kita dan mengingatkan kembali pada kita betapa berlimpahnya nikmat yang telah Allah berikan pada kita, tapi ada kalanya kita tidak sadar dan lupa serta tertipu dengan sesuatu yang fana yang bisa menutupi kenikmatan hakiki yang wajib disyukuri.
dikutip dari : Republika.co.id, Oleh: Asma Nadia
"Allah, terima kasih atas satu hari lagi yang Kau beri!"
Setiap hari adalah keajaiban.
Setiap hari adalah berkah.
Meski seringkali kita lupa akan begitu banyak nikmat sebab terlalu berlimpah yang Allah beri.
Teringat sebuah dialog yang saya dengar bertahun lalu, ketika Sultan mendapatkan pertanyaan dari seorang Bijak,
"Paduka, seandainya paduka terdampar di tengah padang pasir berhari-hari, tanpa air sama sekali, padahal yang paduka butuhkan saat itu segelas air putih. Jika seseorang datang dengan segelas air putih. Apakah paduka bersedia memberikan salah satu istana sebagai bayarannya?"
Tanpa berpikir dua kali, Sultan mengangguk.
"Jika ia menuntut setengah kekayaan Paduka, apakah masih mau menukarkannya?"
"Tentu saja," jawab Sultan.
"Tapi jika seseorang tersebut baru bersedia menukar segelas air jika mendapatkan semua kekayaan Paduka, apakah bersedia?
"Ya, pasti," ujar Sultan sekali lagi tanpa keraguan.
Sang penasihat tersenyum mendengarnya,
"Bukankah ironi, segala perjuangan dan pencapaian yang begitu besar, rela paduka tukarkan dengan segelas air putih!"
Ah, Sang raja kini mengerti maksud penasehatnya. Betapa setiap hal harus disyukuri. Ya, setiap hari kita menghirup udara gratis. Dalam sehari manusia rata-rata menghirup sekitar 2.800 liter oksigen dan 11 ribu liter Nitrogen. Seandainya saja kita harus membeli, di pasaran, maka biaya yang harus dikeluargan untuk oksigen umumnya Rp 25 ribu sementara nitrogen Rp 9.950 per liter.
Jika dihitung semua kebutuhan udara kita setiap hari akan mencapai 179,450.000 dan total sebulannya 5 miliar. Artinya Allah memberi 5 miliar setiap bulan hanya untuk kebutuhan gratis pernapasan kita.
Seandainya saja ginjal yang dimiliki tidak berfungsi normal, dan kita harus mencuci darah minimal 8 kali sebulan, bisa dihitung jumlah dana yang harus kita keluarkan jika satu kali cuci darah menghabiskan sekitar satu juta rupiah.
Bagaimana dengan jantung? Jika ia tidak berfungsi normal dan seseorang harus memasang ring atau balon maka biayanya bisa mencapai angka ratusan juta.
Hitung punya hitung, rasanya uang yang kita miliki tak akan pernah cukup. Tapi semua terlupakan karena kita mendapatkannya tanpa perjuangan, murni sebagai hadiah dari Allah. Hanya para ahli syukur yang akan bijak memanfaatkan pemberian Allah.
Allah telah memberi banyak, tidakkah ini saatnya melakukan begitu banyak kebaikan sebagaimana perintah-Nya?
Jangan pernah lupa akan begitu banyak kebaikan yang Allah berikan, ingat setiap saat, agar diri bersegera melakukan kebaikan dan tidak lalai akan amanah yang Allah berikan. Sebab jika hanya mengejar dunia, bisa jadi semuanya hanya senilai segelas air putih saja.
__________
Kisah diatas bisa mengingatkan kita juga bahwa betapa tidak berharganya dunia. berapapun harta yang kita punya, bahkan istana raja dan segala isinya ternyata hanya sebanding dengan segelas air.
Dunia memang fana, jika Allah berkehendak kenikmatan dunia seorang hamba berapapun besarnya dalam sekejap bisa Allah ambil kembali. Terkadang orang merasa bangga atas capaian karir dan pendapatan selangit yang bisa ia kumpulkan. Mereka bersyukur atas kenikmatan tersebut tanpa ada aktualisasi dari rasa syukurnya disebabkan rasa syukur mereka hanya terfokus pada "apa yang sudah dia dapatkan", bukan terfokus pada "siapa yang telah memberi apa yang sudah dia dapatkan" yaitu Allah swt.
Jika fokus rasa syukur seorang hamba itu langsung pada Allah, maka rasa syukur mereka akan teraktualisasi dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang Allah ridho, dan aktualisasi syukur inilah yang akan mendatangkan nikmat-nikmat Allah yang lainnya. Punya harta banyak, maka aktualisasi syukurnya adalah gemar bersedekah, hak-hak hartanya dipenuhi; punya penglihatan yang sehat maka aktualisasinya gemar membaca Alquran, tidak senang melihat sesuatu yang bathil dan bukan haknya; punya kaki yang sehat maka aktualisasi syukurnya gemar melangkahkan kaki ke tempat yang Allah ridho; dan lain sebagainya.
Mudah-mudahan kita semua bisa menjadi insan yang pandai bersyukur dan bisa mengaktualisasikan rasa syukurnya.
wallahu 'Alam bisshowab...
0 Komentar
Silahkan berkomentar dengan benar, hanya komentar yang relevan yang akan diterbitkan, maaf komentar spam akan dihapus secara otomatis